Kamis, 26 Maret 2009

smile

smile glitters
Smile




Selengkapnya.....

Selasa, 24 Maret 2009

Akhir Maret 2009

Cinta dan sayang tidak perlu dikatakan. Cukup dibuktikan, baik dengan tingkah laku maupun dengan perhatian. Biarkan mata melihat dan biarkan hati yang bicara, jangan percaya dengan apa yang diucapkan karena mulut seringkali bohong. Segala sesuatu dengan kebehongan tetap akan berakhir dengan kebohongan.




Selengkapnya.....

Sabtu, 14 Maret 2009

Perempuan Berkalung Sorban

Ini adalah sebuah kisah pengorbanan seorang perempuan, Seorang anak kyai Salafiah sekaligus seorang ibu dan istri. Annisa (Revalina S Temat), seorang perempuan dengan pendirian kuat. Cantik dan cerdas. Annisa hidup dalam lingkungan keluarga kyai di pesantren Salafiah putri Al Huda Jombang, Jawa Timur. Pesantren Salafiah putri Al Huda adalah pesantren kolot dan kaku. Baginya ilmu sejati dan benar hanyalah Qur’an, Hadist dan Sunnah. Ilmu lain yang diperoleh dari buku-buku apalagi buku modern dianggap menyimpang. Karena itu para santri, termasuk Annisa, dilarang membaca buku-buku tersebut.
Dalam pesantren Salafiah putri Al Huda diajarkan bagaimana menjadi seorang perempuan muslim. Seorang muslimah yang baik menurut Islam adalah, tidak diperbolehkan membantah suami; Haram meminta cerai suami; selalu ikhlas menerima kekurangan dan kelebihan suami, termasuk jika suami berkehendak melakukan poligami; Tidak boleh berkata lebih keras dari suaminya, sekalipun dalam menyatakan ketidaksetujuan; Tidak boleh mengulur-ulur waktu bahkan menolak ketika suami mengajak berjimak; Ikhlas menerima pembagian waris sekalipun hanya ¼ bagian. (lebih kecil daripada bagian laki-laki)...


Pelajaran itu membuat Annisa beranggapan bahwa Islam sangat membela laki-laki. Islam meletakkan perempuan sangat lemah dan tidak seimbang. Sejak kecil Annisa selalu mendapatkan perlakuan tidak adil dari Kyai. Dua orang kakaknya boleh belajar berkuda, sementara Annisa tidak boleh hanya karena dirinya perempuan.
‘Bagaimana dengan Hindun Binti Athaba?’ Tanya Annisa kepada ayahnya. ‘Beliau perempuan, seorang panglima. Lalu Fatima Azahra, putri Rosul, malah memimpin perang.’
Tapi protes Annisa selalu dianggap rengekan anak kecil. Annisa juga sering memprotes, ketika Ustadz Ali (Leroy Osmani) mengajarkan kitab Akhlaqul Nisaa, Bulughul Maram dan Bidayatul Mujtahid, yang membahas hak dan kewajiban perempuan dihadapan suami yang dirasa tidak adil bagi Annisa.
‘Apa hukuman buat suami yang minta cerai,. Padahal sang isteri kekeuh mempertahankan rumah tangga?’ Tanya Annisa kepada Ustadz Ali.
‘Lalu bagaimana jika suami yang mengulur-ulur waktu atau menolak ketika sang isteri mengajak berjimak? Apa hukuman buat suami?’
Lagi-lagi protes Annisa hanya dianggap sambil lalu. Annisa selalu merasa dirinya berada dalam situasi yang salah. Hanya Khudori (Oka Antara), paman dari pihak Ibu, yang selalu menemani Annisa. Menghiburnya sekaligus menyajikan ‘dunia’ yang lain bagi Annisa. Khudori selalu menjadi tambatan, curahan perasaan Annisa ketika dirinya diperlakukan tidak adil oleh keluarganya. Diam-diam Annisa menaruh hati kepada Khudori. Tapi cinta itu tidak terbalas karena Khudori menyadari dirinya masih ada hubungan dekat dengan keluarga Kyai Hanan (Joshua Pandelaki), sekalipun bukan sedarah. Khudori juga menyadari selisih umur yang terpaut jauh dengan Annisa. Hal itu membuat Khudori selalu membunuh cintanya demi menjaga stabilitas pesantren. Sampai akhirnya Khudori melanjutkan sekolah ke Kairo.
Khudori selalu menekankan ke Annisa untuk belajar. Kalau perlu sampai ke luar negeri. Khudori yang membawa pemikiran Annisa kearah keterbukaan wawasan, hingga secara diam-diam Annisa mencoba mendaftarkan kuliah ke Jogja dan keterima. Tapi kenyataan berkata lain. Kyai Hanan tidak mengijinkan Annisa melanjutkan kuliah ke Jogja, dengan alasan bisa menimbulkan fitnah, ketika seorang perempuan belum menikah berada sendirian jauh dari orang tua. Annisa merengek dan protes dengan alasan ayahnya.
Akhirnya Annisa malah dinikahkan dengan Samsudin (Reza Rahardian), seorang anak Kyai dari pesantren Salaf terbesar di Jombang. Pernikahan itu dimaksudnya juga sebagai pernikahan dua pesantren Salafiah yang mana nantinya akan menjadi pesantren besar. Sekalipun hati Annisa berontak, tapi pernikahan itu dilangsungkan juga demi kelangsungan keluarga dan pesantren Al Huda.
Dalam mengarungi rumah tangga bersama Samsudin. Annisa selalu mendapatkan perlakuan kasar dari Samsudin. Samsudin adalah tipe seorang laki-laki pengidap kelainan psikologis. Seorang lelaki possesif, kasar. Tapi ketika Annisa berniat meninggalkannya, Samsudin akan berubah menjadi lelaki rapuh yang merengek-rengek sambil bersujud meminta ampun kepada Annisa. Biduk keluarga Annisa berlangsung bagai neraka. Tubuh Annisa yang semula segar bercahaya, menjadi suram. Apalagi dalam 2 tahun pernikahan, Annisa tidak dikaruniai anak. Keluarga Samsudin semakin memandang buruk Annisa dan Samsudin. Sampai kemudian Annisa harus menhadapi kenyataan Samsudin menikah lagi dengan seorang janda bernama Kalsum (Francine Roosenda). Seorang perempuan lebih tua, cantik dan bisa mempunyai anak. Harapan untuk menjadi perempuan muslimah yang mandiri bagi Annisa seketika runtuh. Annisa berada dalam pusaran gelombang panas yang tidak memiliki harapan untuk keluar.
Dalam keputusasaaan itu, Khudori pulang dari Kairo. Annisa seperti mendapatkan harapan. Tapi Khudori bukan seorang anak Kyai seperti Samsudin. Apalah arti seorang Khudori bagi keselamatan Annisa. Tapi Annisa tidak peduli. Dia tumpahkan keluh kesah ke Khudori. Annisa meminta Khudori membawanya pergi. Annisa rela dianggap anak durhaka asal dirinya bisa keluar dari kemelut keluarganya. Tapi Khudori bukan lelaki gegabah. Khudori mencoba meredam ‘bara’ Annisa. Dalam kegusarannya itu, Khudori memeluk Annisa. Sebuah pelukan hangat seorang paman kepada keponakannya yang sedang resah. Tapi tiba-tiba, Samsudin datang dan memergoki keduanya. Samsudin berteriak ‘Zinah! Rajam! Rajam!’ yang kemudian membawa Annisa dan Khudori kedalam kemelut fitnah. Annisa tidak bisa berbuat apa-apa karena orang-orang sudah terlanjur terbakar emosi fitnah. Kejadian itu membuat Kyai Hanan malu dan sakit hingga kemudian meninggal. Khudori diusir dari kalangan keluarga pesantren Al Huda, sementara Annisa pergi ke Jogja untuk melanjutkan niatannya sekolah. Pesantren Al Huda diserahkan kepada Reza (Erron LeBanG), kakak Annisa untuk dikelola. Akibat peristiwa itu, hubungan keluarga Samsudin dan Annisa menjadi buruk. Tapi Reza mencoba memperbaiki hubungan silaturahmi dengan keluarga Samsudin demi kepentingan pesantren. Hal itu membuat hubungan Reza dan Annisa renggang. Dimata Reza, Annisa seorang perusak stabilitas keluarga. Perilaku Annisa bukan cerminan anak kyai yang baik. Sementara itu Annisa berkembang sebagai muslimah dengan wawasan dan pergaulan yang luas. Lewat studinya sebagai penulis, Annisa banyak menyerap ilmu tentang filsafat modern dan pandangan orang barat terhadap Islam. Banyak buku sudah dihasilkan dari Annisa yang memotret hak perempuan dalam Islam.
Dalam kiprahnya itu, Annisa dipertemukan lagi dengan Khudori. Keduanya masih sama-sama mencintai. Namun Annisa masih dalam trauma pernikahan. Tapi Khudori adalah lelaki dewasa yang bisa mengerti kondisi Annisa. Akhirnya keduanya menikah meski sebetulnya pernikahan itu membuat hubungan Annisa dan keluarganya semakin jauh. Oleh Khudori, Annisa disarankan untuk pulang. Annisa tidak mau karena dirinya sudah merasa diusir dari rumah itu.
‘Sebenarnya tidak ada yang mengusir kamu. Kamu yang selalu merasa terusir oleh kami.’ Begitu Ibunya (Widyawati) selalu bilang kepada Annisa. Bagi Annisa Ibu adalah figur yang lemah. Tidak berdaya dihadapan ayahnya. Ibu bukan seorang yang bisa dijadikan teladan bagi Annisa. Tapi kemudian Annisa sadar bahwa untuk menciptakan lingkungan nyaman, seseorangan harus mengubah dirinya menjadi nyaman. Dan itu yang dilakukan oleh Ibu, yang biasa dipanggil Nyai. Rasa diam ibu, yang dianggap Annisa sikap lemah dan tak berdaya, sebenarnya adalah sikap toleran dan pengertian demi lingkungan stabil yang dia perjuangkan.
Akhirnya Annisa pulang dan sujud dihadapan ibunya. Kata maaf dari Annisa bukan ditujukan untuk suatu kesalahan. Tapi sebuah sujud rasa bakti kepada orang tua. Dalam kata maaf itu, Annisa berjanji untuk terus berjuang menjadi yang terbaik. Menjadi muslimah sebagaimana yang Ayah dan Ibunya inginkan ….

Hanung Bramantyo dan Ginatri S Noer

Selengkapnya.....

Jumat, 13 Maret 2009

Menghapus Jejakmu

Glitter Graphics

Heart Glitters

Terus melanggkah melupakanmu, lelah hati perhatikan sikapmu. Jalan pikiranmu buatku ragu, tak mungkin ini tetap bertahan. Perlahan mimpi terasa mengganggu, kucoba untuk terus menjauh. Perlahan hati terus terbelenggu, kucoba untuk lanjutkan hidup. Engkau bukanlah segalaku, bukan tempat tuk hentikan langkahku. Usai sudah semua berlalu
biar hujan menghapus jejakmu. lepaskan segalanya...lepaskan segalanya... Engkau bukanlah segalaku, bukan tempat tuk hentikan langkahku. Usai sudah semua berlalu
biar hujan menghapus jejakmu...


Aku pikir dirimu adalah orang yang kuat dalam menghadapi kerasnya dunia. Ternyata tidak, begitu lemah dan rapuh. Andaikan kamu tidak ikutin keegoisanmu pastinya kebahagiaan itu bisa ku gapai. Kamu yang aku cinta dan kamu yang aku sayang melebihi cintaku pada diriku sendiri. Aku rela sakit demi kebahagiaanmu. Tapi semua itu tidak ada arti untukmu. Kamu memilih jalanmu sendiri. Tanpa pikirkan bagimana dengan aku. Apakah aku bahagia. Ataukah aku menderita. Sakit dengan ulah mu.
Kamu pun sakiti orang tuaku. Goresan luka dihati mereka. Keegoisanmu. Hancurkan aku dan harapan orang tua ku. Tapi bagiku semua sudah berlalu. Meskipun aku sudah merencahkan diriku hanya untuk mu. Untuk kebahagiaan ku dan kebahagiaan orang tua ku. Sedikit pun tidak ada perhatianmu. Sekarang, bagiku kamu sudah mati. Karena yang aku mau hanya kematian yang memisahkan aku dan kamu. Bagi aku perpisahan karena hidup lebih menyakitkan dari pada berpisah karena kematian. Setidaknya aku tidak lagi berharap kamu kembali. Dan aku bisa melupakan semua yang terjadi dan menjadikannya sebagai kenangan terindah dalam hidup aku.
Kehadiran mu dalam hidup aku adalah kebahagiaan tersendiri bagi yang tidak dimengerti orang lain. Termasuk juga kamu. Hanya aku dan hatiku. Mualai saat ini aku hanya akan menatap ke depan. Tidak lagi mengingatmu, aku ingin lupakan semua tentangmu. Karena ini lebih baik bagi ku. Meskipun sayang benih itu belum tertanam. Dari semuala aku selalu berharap mempunyai cinta yang bisa ku kenang. Tapi hingga akhir kita, tidak aku dapatkan.
Hanya Tuhan yang tahu semua tentang aku. Dari semula kita kembali bersama pun, aku tidak berfikir kita akan bersama. Karena semuanya hanya keinginanku, tidak terlihat keinginan mu. Dan juga salah aku karena menjalaninya dengan dendam. Karena aku tidak ingin kembali sakit. Dan toh kenyataannya memang seperti itu. Setidaknya ada satu jawaban yang bisa membuat aku tenang. Tidak lagi merasa dizolimi dengan pengkhianatan cinta. Karena semuanya telah berakhir, selamat jalan semoga bahagia...

Selengkapnya.....