Minggu, 24 Februari 2008

Jalan Pintas itu Rusak


Percikan air bercampur lumpur yang menggenang di JL. Belakang Tangsi I ini membuat pengunjung yang akan melewati jalan ini berfikir kembali untuk melewatinya. Jalan kecil yang berujung pada Jl. M. Yamin hingga ke persimpangan Jl. Belakang Tangsi II, selain rusak dan tergenang air juga sangat sulit dilewati karena banyaknya truk-truk yang parkir ditempat ini.

Kamis (21/1), terlihat bahwa sebagian badan jalan yang biasanya digunakan sebagai jalan pintas menuju Perpustakaan Daerah Sumatera Barat dari Pasar Raya Padang ini penuh genangan air. Diperkirakan genangan air ini terjadi akibat hujan yang mendera kota Padang dari sore hingga malam harinya.



Ismail salah seorang warga yang tinggal di jalan ini mengatakan, kondisi jalan yang rusak ini sudah berlangsung lebih dari setengah tahun. Sebelumnya pemerintah sudah melakukan perbaikan untuk jalan ini, namun perbaikan yang dilakukan tidak selesai hingga menumpu pada Jl. M. Yamin sebagai jalan utama yang menjadi ujung tumpuannya ini.

"Perbaikan jalan ini terakhir kalinya dilakukan pada tahun 2007, lebih kurang enam bulan yang lalu. Sayangnya perbaikan tidak selesai dan hanya sampai di ujung persimpangan. Yang diperbaiki pun lebih pada Jl. Belakang Tangsi II. Dan pengerjaan pun terjadi disaat jalan yang sekarang becek sedang kering. Makanya mereka tidak melihat kondisi yang sebenarnya. Hanya saja dijanjikan untuk diselesaikan perbaikan hingga keujung tetapi sampai saat ini belum jalan," tuturnya.

Kemudian ditambahkannya bahwa kondisi kerusakan ini juga dipicu oleh bebeban berat yang selalu dibawa oleh truk-truk yang membawa barang-barang dari luar untuk dipasarkan. Bahkan menurut salah seorang pekerja yang ada dilokasi tersebut mengatakan bahwa untuk satu truk biasanya akan membawa muatan 6 hingga 7 ton.

"Tentunya kondisi seperti ini akan lebih mempercepat proses kehancuran dari aspal-aspal yang mengokohkan jalan ini, apalagi ketika hujan turun, jalan yang tadinya kering menjadi lembab dan basah sehingga badan jalan menjadi lembab dan ketika diterpa oleh beban yang berat sudah pasti akan hancur," lanjutnya.


Drainase

Kondisi ini pun diperparah dengan tidak aktifnya drainase disepanjang Jl. Belakang Tangsi I ini. Bahkan pada salah satu jalur, drainasenya benar-benar sudah tidak ada lagi. Sementara untuk jalur yang satunya lagi masih terlihat ada. Meskipun demikian, kondisinya tidak bisa dikatakan mampu berfungsi. Pasalnya, drainase yang masih terlihat ini hanya ada pada sebagian jalan saja, tidak berfungsi sepanjang jalan, sebagian pun "mati" atau sudah tertutup tanah.

Kata Aidil, warga lainnya, hilangnya drainase ini sudah sangat lama sekali. Drainase yang tadinya bisa mengurangi kelembaban air dibadan jalan menjadi tidak teratasi, justru berakibat sebaliknya. Kehancuran jalan pun tak dapat dielakkan ditambah lagi truk bermuatan berat yang sering kali singgah di jalan ini.

Untuk mengatasi permasalahan badan jalan yang sudah hancur ini, sementara waktu Ismail bersama pekerja lainnya sudah melakukan penimbunan agar jika terjadi hujan lagi genangan air tidak mengumpul dibadan jalan. Namun itu bukan solusi yang bagus katanya, karena truk yang berat yang menggilas jalan ini tidak bisa dipertahankan.


Trotoar

Kerusakan yang terjadi saat ini tidak saja terlihat pada badan jalan yang sudah banyak hancur. Kerusakan pun terjadi disepanjang trotoar yang digunakan oleh pejalan kaki ini.

Kondisi yang cukup jelas terlihat adalah pada Jl. Hang Tuah dekat Pantai Padang. Jalan utama yang menghubungkan pusat kota dengan pantai ini terlihat luas dan bersih. Hanya saja trotoar yang ada disepanjang jalan ini memperlihatkan kondisi yang tidak mengenakkan.

Terlihat kerusakan pada trotoar ini terjadi pada beberapa titik dengan kondisi yang berbeda. Sebagian balok penyangga ke jalan yang runtuh dan sebagian lagi batu-batu yang disusun diatasnya banyak yang hilang. Bahkan di depan conter Lasera Cell yang dijalan ini beton penyangga dari banda hancur.

Kerusakan ini, menurut Muslim (60) warga sekitar, terjadi disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya untuk batu-batu yang hilang, lebih dikarenakan proses pembersihan jalan yang mengobrak-abrik batu yang tadinya disusun dan setelah selesai tidak dirapikan kembali. Sehingga batu-batu yang sudah longgar dari posisi semula hilang begitu saja.

Kemudian kehancuran ini pun disebabkan oleh galian yang sering kali merusak trotoar tersebut. "Belum lagi disebabkan oleh sundukan akar-akar pohon pelindung yang kian tumbuh besar," ungkapnya.(***)

0 komentar: