Minggu, 23 Maret 2008

Diminati Pedagang, Sepi Pengunjung

Deretan toko yang ada di gang Kopas Pasar Raya Barat sudah mulai terisi. Pasalnya, bangunan toko yang terletak disamping pusar grosir Sentral Pasar Raya (SPR) lama sekali terlihat kosong. Apalagi bersamaan dengan banyaknya perpindahan pedagang yang berada di Pasar Raya Barat ini ke SPR menjadikan suasana disepanjang gang ini semakin lengang.

Toko ini, kata Jefri (25) pedagang aksesoris, baru mulai diminati. Semanjak banyaknya terjadi "penggusuran" pedagang kaki lima yang sering mangkal disepanjang pinggiran jalan. Berada dalam kondisi seperti itu, membuat mereka berfikir untuk menyewa toko-toko kecil yang sudah disediakan oleh pemerintah kota.



Dikatakannya, pedagang yang menempati toko berukuran lebih kurang 2x1.5 meter ini kebanyakan berasal dari pedagang yang juga "tergusur" dari SPR. SPR yang tadinya adalah sebuah terminal. Mereka yang berserakan akibat lahan mereka dijadikan tempat perbelanjaan modern, mencoba kembali untuk menata kehidupan yang lebih baik sebagai pedagang.

Apalagi dengan harga sewa toko yang cukup mendukung, kata Jefri, untuk toko ini mereka diberikan keringanan dengan sewa Rp 150.000 perbulan untuk satu petak toko. Sementara untuk pedagang yang ingin mengambil dua petak membayar dengan Rp 300.000 per bulan.

"Mungkin dengan pembayaran yang hanya dalam hitungan perbulan ini cukup banyak yang sanggup untuk membayar, beda dengan pembayaran kontrak per tahun. Sehingga kami pedagang kecil ini sanggup untuk mengambil tempat ini," ujarnya yang mengambil langsung melalui dinas pasar.


Lengang.

Memperoleh tempat yang lebih layak untuk menggelar dagangan merupakan suatu kebanggaan bagi pedagang. Dan kondisi seperti ini pun akan menyenangkan pemerintah. Dengan banyaknya pedagang kaki lima memilih untuk menempati toko-toko yang mereka bangun, sudah pasti akan mengurangi jumlah pedagang kaki lima di sepanjang jalan-jalan yang sering kali membuat kemacetan.

Meskipun jumlah pedagang yang memilih menempati toko dengan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pertumbuhan pedagang kaki lima pertahunnya, namun adanya kesadaran pedagang ini tentu akan mendukung dan sedikit mengurangi kepadatan pedagang kaki lima.

Namun apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Katanya penjualan di gang ini sangat susah sekali. Jangankan penjualan yang didapatkan bisa tersimpan, untuk mengembalikan modal saja sudah susah. Apalagi untuk membayar sewa yang hanya Rp 150.000 untuk satu petak. "Sangat sulit sekali mengumpulkan uang disini," ungkap Jefri yang baru menempati toko ini semanjak sepuluh hari yang lalu.

Katanya, pendapatan yang didapat dalam beberapa hari ini belum lagi mencapai seratus ribu dalam sehari. "Jangankan seratus ribu, limapuluh ribu saja belum lagi saya dapatkan untuk hari yang baru berjalan 10 hari ini," tuturnya lirih.

Kondisi yang sama pun juga diutarakan oleh Eni (40) pedagang makanan ringan dan juga minuman. Katanya, pendapatannya sangat tipis sekali. "Dalam sehari itu paling kami hanya mendapatkan untuk kebutuhan sehari pula, apalagi dengan kondisi ekonomi yang ada sekarang ini. belum lagi semua kebutuhan serba naik, yang penting saat ini hanyalah kita masih bisa berusaha untuk penuhi kebutuhan hidup, tidak hanya diam saja dirumah tanpa ada hasil apa-apa," katanya.(***)

0 komentar: